Diagnostik :
1. MHDD versi 4.6 untuk analisa surface sector hard disk
2. MHDD versi 4.5 untuk analisa struktur firmware
3. Victoria versi 3.52 (Russian/English) untuk analisa respons mekanik head assembly
Data Recovery :
1. Recuva (http://www.recuva.com)
Dalam daftar software yang akan digunakan di thread ini, saya usahakan sebisa mungkin yang freeware.
Firmware operation
Artikel :
Saya rasa tidak semua orang mengalami kerusakan hard disk atau kehilangan data, tapi tidak ada salahnya saya ceritakan disini, bagaimana sebenarnya sebuah bidang yang masih jarang ditekuni ini.
Data recovery = Penyelamatan data
Didefinisikan khusus menyangkut sebuah tugas/pekerjaan untuk menyelamatkan data (pada umumnya) atau sebuah system berikut OS dan aplikasinya (pada khususnya) dari berbagai macam media penyimpanan data.
Media penyimpanan data ini dapat berupa segala macam, misalnya :
Hard disk
form factor : 5.25". 3.5". 2.5", 1.8" dan 1.0"
Form factor 5.25" sudah nyaris musnah, dan tidak digunakan lagi saat ini.
Form factor 3.5" merupakan paling umum, mencakup hard disk SCSI (Small Computer System Interface, baca : scuzzy), SAS (Serial Attached SCSI), SATA (serial ATA, baik versi 1 atau versi 2) dan PATA (Paralel ATA). Hard disk 3.5" ini juga digunakan untuk external drive seperti WD MyBook, Seagate Free Agent Desktop
Form factor 2.5" (berupa PATA/IDE maupun SATA) banyak digunakan di notebook, laptop dan netbook. Model ini juga yang digunakan pada external drive portable seperti yang dijual oleh para produsen, misalnya WD Passport, WD Elements, Seagate Free Agent Go dan Maxtor One Touch.
Form factor 1.8" (berupa PATA/IDE maupun micro SATA) banyak digunakan pada notebook dengan bentuk fisik yang minimalis, misalnya Hp EliteBook. Belakangan hard disk jenis ini juga mulai beredar sebagai protable storage dan storage untuk device tertentu (iPod, Handycam dll).
Form factor 1.0" merupakan yang terjarang dalam dunia hard disk. Produsen yang paling banyak dikenal untuk jenis ini ialah Seagate dan Hitachi.
Flash Storage
Dapat berupa MMC, SD Card, Micro SD/Transflash, Memory Stick Duo Pro, USB Flash Disk, dan Solid State Disk.
Optical storage
Dapat berupa CD/DVD/BluRay Disc dan lainnya
Magnetic Tape
Dapat berupa tape DDS-1, DAT8 (DDS-2), DDS-3, DDS-4, DDS-5, DAT 70, DAT160, DAT320, LTO, Ultrium. Media ini paling rentan terhadap suhu yang berubah-ubah, dan gangguan medan magnet.
Perbedaan data recovery dan digital forensik
Keduanya nyaris identik, namun ada perbedaan mendasar untuk keduanya. Ciri utama digital forensik ialah pembuktian yang diminta oleh klien dalam bentuk report tercetak dan menganalisis lebih jauh mengenai apa saja yang terjadi dalam hard disk tsb selama berfungsi di tangan penggunanya, apakah terjadi pengubahan struktur data, penghapusan oleh pihak yang tidak berwenang dsb. Sedikit banyak, data recovery dibutuhkan dalam proses digital forensik, ketika menghadapi media storage yang error.
Segmen jasa data recovery
Para client yang membutuhkan jasa data recovery membentang mulai dari end user perorangan (home user), professional sampai dengan perusahaan dan lembaga pemerintah departemen/non-departemen. Dalam bentuk khusus, pekerjaan yang mengikat ke lembaga dan perusahaan, sebuah surat perjanjian "Non Disclosure Act" dan Privacy Act" wajib ditandatangani bersama di hadapan notaris untuk menjamin kerahasiaan data client secara tertulis.
Sebuah usaha di bidang data recovery di Indonesia, tidak dapat menentukan bentuk atau jenis media storage apa yang akan diterima dari kliennya. Bisa saja salah satu dari yang disebut di atas, bahkan tidak tertutup kemungkinan, yang belum saya sebutkan di atas.
Kesulitan utama muncul memang pada sebuah kondisi dimana media penyimpanan data telah mengalami kerusakan fisik dan menyebabkan penyelamatan data menjadi lebih sulit dan peluangnya nyaris mencapai kemungkinan <10%.
Research & Development
Sebuah perusahaan data recovery harus tetap up to date menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi storage dari masa ke masa. Seluruh hasil Litbang ini harus didokumentasikan dan dijadikan referensi pekerjaan lanjutan. Beberapa teknik yang valid saat ditemukan awalnya, mungkin saja akan tidak valid beberapa lama kemudian. Riset yang terus menerus diperlukan untuk ini. Sebgai contoh ialah penyelesaian kasus di hard disk vendor Seagate dan Samsung yang semakin advanced dan menggunakan terminal command untuk perbaikan firmwarenya.
Di sisi para developer hard disk, teknologi yang digunakan semakin kompleks karena semakin tingginya kebutuhan density platter. Saat ini diperkirakan density platter di laboratorium produsen hard disk telah mencapai 600 Gbit/inch sq. Hal ini menyebabkan juga kompleksnya pemrograman firmware yang digunakan oleh hard disk.
Saya berusaha terus up to date, menyesuaikan perkembangan teknologi storage terbaru, paling tidak sesuai dengan pangsa pasar di Indonesia.
Proses dan alur kerja sebuah kasus.
Dari statistik yang berhasil diolah sepanjang 2008-2009 sebagai pembanding, ditemukan bahwa tingkat kerusakan tertinggi (mencapai90%) terjadi pada hard disk dengan interface SATA produk-produk terbaru. 50% dari klien yang mengalami kerusakan didominasi oleh kapasitas 80 GB, 25% kapasitas 160 GB dan 25% lagi merupakan variabel antara 250 GB - 1 TB.
Dari distribusi vendor, Seagate (dan Maxtor by Seagate) sepanjang 2008-2009 menyumbang 40% dari total seluruh klien yang masuk. Di peringkat kedua ialah Fujitsu, di peringkat ketiga ialah Western Digital
Berdasarkan form factor, 3.5" desktop memiliki 70% dari total kerusakan. 30% dimiliki oleh 2.5" dan 1.8"
Tentu saja, ini semua adalah statistik kasar dan tidak dapat dijadikan tolok ukur seluruh kerusakan yang terjadi.
Berdasarkan kondisi kerusakan, dapat dibagi menjadi :
1. Kerusakan fisik (head clicking/knocking) dan PCB short circuit/terbakar, akibat terjatuh, benturan dll
2. Kerusakan firmware/Service Area
3. Kerusakan bad sector logic maupun fisik
4. Kerusakan logical (infeksi virus, tabel partisi error, dan lainnya sebatas system)
Dalam beberapa hal, kerusakan yang terjadi dapat saja mencakup 4 kondisi tsb sekaligus dan menyulitkan proses penyelamatan data.
Khusus untuk kasus no.4 yang masih merupakan batasan logic sebuah system, maka caranya dapat diselesaikan dengan cara sederhana dan tidak memerlukan bantuan peralatan khsus.
Anda butuh sebuah hard disk lain yang telah terinstal OS baru dilengkapi software untuk data recovery. pastikan pula, hard disk memiliki free space yang cukup untuk menampung data yang akan diselamatkan. Boot system dengan OS tsb, dan hard disk yang datanya hilang/partisi error dapat anda scan dengan software recovery.
Software recovery yang dapat digunakan bervariasi, tapi yang paling umum digunakan ialah GetData Back dan OnTrack Easy Recovery.
Pastikan bahwa anda selalu menyimpan data hasil recovery di hard disk yang berbeda ! Jangan taruh di hard disk yang mengalami kehilangan data tsb.
Untuk kasus no.3 (bad sector), saya sarankan untuk melakukan cloning sector by sector terhadap hard disk yang error tsb. Jika proses cloning tidak berhasil dilakukan, berarti kerusakan sector yang terjadi melampaui batasn software dan dibutuhkan bantuan lain untuk melakukan proses cloning tsb. Dalam hal ini, yang digunakan sebagai software cloning ialah Norton Ghost dan CopyR.DMA.
Untuk kasus no.2 Kerusakan firmware, sebagian dai kerusakan dapat diperbaiki dengan utility yang tersedia di beberpa situs. Tapi tidak semua kerusakan firmware dapat diperbaiki oleh software terkait. Hanya kerusakan tabel G-List atau SMART mmodule saja yang dapat diselesaikan, selebihnya memerlukan hardware atau perintah native khusus untuk memperbaiki firmware yang rusak tsb. Dalam hal ini, saya telah memberikan contoh untuk hotswap Maxtor Athena dan perbaikan translator di Seagate baracuda 7200.11 dan 7200.12 yang baru-baru ini terjadi.
untuk kasus no.1, harus dilakukan diagnosis hati-hati, karena kerusakan fisik dapat merusak firmware dan area translator data. Pada beberapa kasus terntetu di vendor tertentu, terbakarnya salah satu komponen di PCB akan merusak struktur SA dan magnetic head. Hal ini sering terjadi di Seagate dan Mastor original (sebelum akuisisi oleh Seagate)
Ketiga kasus di atas sering terjadi sekaligus. Sebuah hard disk yang terbentur, logikanya akan mengalami pergeseran titik awal head, sekaligus membuat pembacaan firmware menjadi error dan juga munculnya bad sector fisik akibat goresan dari benturan yang terjadi.
Kasus no.4 dan no.3 masih dapat ditangani selama akses ke hard disk tidak terganggu total oleh BIOS. Jika akses masih memungkinkan, anda dapat menggunakan softwate MHDD untuk melakukan remap (jika ditemukan bad sector tidak lebih dari 100 sector verturut-turut) atau menggunakan sebuah OS Live misalnya Linux Live CD dan melakukan penyelamatan data yang masih memungkinkan untuk diakses sebanyak-banyaknya. Hentikan proses copy paste jika terjadi gangguan yang berakibat system hang atau mengalami Blue Screen of Death, hal ini menunjukkan bahwa kerusakan sector yang terjadi melampau batas kemampuan akses program yang digunakan. Sector yang dimarking "bad" mungkin meruapakan kerusakan sector fisik atau tidak berfungsinya salah satu head. Diperlukan peralatan sejenis PC 3000 atau HRT untuk mengisolasi kerusakan fisik yang terjadi.
source: http://www.kaskus.us (hddstudio)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar